Selasa, 06 Juni 2017



1. GARIS BESAR KESUSASTRAAN ABAD PERTENGAHAN

Pembagian Menurut Zaman
Abad ini dilalui oleh dua zaman, yakni Zaman Kamakura (140thn) dan Zaman Muromachi (270thn). Zaman Kamakura di mulai sejak Minamoto Yoritomo mendirikan pemerintahan Kamakura bakufu dan diangkat menjadi Seii Taishoogun (Jendral tertinggi di antara para samurai). zaman ini berlangsung sampai terjadinya perang Seki ga hara (perang antara keluarga Toyotomi dan keluarga Tokugawa Ieyasu, dan dimenangkan oleh keluarga Ieyasu.)

Kesusastraan Pada Permulaan Abad Pertengahan
Sejak tahun ke-3 pemerintahan Kaisar Genkoo (1333) sampai runtuhnya Kamakura Bakufu, wilayah Kantoo (Jepang bagian Timur) para bangsawan istana di Kyoto tetap menjalankan pemerintahan istana dan mengembangkan kesusastraan seperti pantun waka di Zaman Heian, selama 20-30 tahun. Masa ini disebut Zaman Shinkokin (perpaduan yang lama dengan yang baru). Akan tetapi sejak terjadinya kerusuhan Jookyuu (1221), kekuatan keluarga bangsawan semakin melemah dan kesusastraan mereka perlahan-lahan semakin menghilang.
Di lain pihak, golongan samurai mulai berpengaruh pada kesusatraan melalui pikiran-pikiran, yang mengakibatkan timbulnya suatu bentuk kesusastraan baru, yaitu aliran baru agama buddha, seperti : Joodoshuu, Nichirenshuu dan Zenshuu. hal ini memberi pengaruh yang kuat kepada masyarakat. Banyak rakyat yang berminat menjadi pendeta agama buddha, lalu menadikan dirrinya menjadi pendetta dan membuat essei dan dongeng tentang ciri khas sendiri.

Kesusastraan Pada Akhir Zaman Pertengahan
Akhir Zaman ini terbagi ke tiga Zaman, yakni Zaman Nanbokuchoo, Muromachi, dan Azuchi Momoyama. Di Zaman Nanbokuchoo terjadi kerusuhan yang mencapai puncaknya pada Zaman Muromachi, yakni bawahan melawan atasan dan kedudukan rakyat naik. Para bangsawan kehilangan kekuasaanya, tetapi para samurai makin memperoleh kekuasaan dan berhasil membentuk kebudayaan yang dapat disejajarkan mutunya dengan kebudayaan yang telah ada sebelumnya.
Pada akhir Zaman ini, banyak pendeta khatolik aliran Jesuit datang ke Jepang. Bertujuan menyebarkan agama, memperkenalkan keudayaan barat dan menerjemahkan karya kesusastraan ke dalam bahasa lisan.

2. PANTUN WAKA Dan PANTUN RENGA

Shinkokinshuu
Shinkokin Wakashuu berjumlah 20 jilid, terdiri dari 2000 buah pantun yang ditulis dengan huruf Kana dan Kanji, susunannya sangat teratur dibandingkan dengan kumpulan-kumpulan pantun yang ada sebelumnya. Gaya utama dalam buku ini adalah gaya Yuugen ( gaya abstrak dan halus) oleh Fujiwara Shunzei dan gaya Ushin (gaya yang mendekati realisme) oleh Fujiwara Sadaie.

Fujiwara Teika
Membuat catatan harian dalam Kanbun (bahasa jepang yang ditulis dengan gaya bahasa Cina yang memakai Kanji) yang berjudul Meigekki. Fujiwara Teika memiliki sifat egois, berambii tinggi, cepat marah dan tidak tenang. Gaya dalam membuat pantun yaitu Gaya Ushin. Selain itu terdapat unsur-unsur yang melukiskan kegairahan dalam rangkaian kata-kata yang halus di  pantun tersebut dan berdasarkan khayalan belaka. Selain menulis pantun ia juga menulis teori-teori pantun yang dikumpulkan dalam buku Kindai Shuuka dan Etika Taiga. Pada hari tuanya ia menulis buku penelitian mengenai Genji Monogatari. Salah satu contoh pantunya :
Haru no yo no
Yume no ukihashi
Todae Shite
Mine ni wakaruru
Yokogomu no sora

Fujiwara Ietaka
Fujiwara Ietaka mempunyai sifat baik, ramah, dan terus terang. Ciri-ciri khas pantunya adalah nyata dan terus terang. Baik dalam cara menganalisa suatu persoalan maupun cara mengungkapkannya. Gay pantunya menarik, memberikan cahaya dan harapan, karena dia banyak mengambil kiasan tentang bulan. Tema yang ditonjolkan adalah sifat-sifat tenang dan jernih. Kumpulan pantun yang dikarangnya disebut Minishuu.

Minamoto No Sanetomo
Minamoto No Sanetomo adalah jendral ke 3 pemerintahan Kamakura Bakufu. ia memilliki perasaan yang sangat peka dan sangat mengagumi Man yooshuu, sehingga pantun yang ditulisnya banyak dipengaruhi keindahan dan kelembutan gaya bahasa Man yooshuu. kumpulan pantun yang ditulisnya berjudul Kinkai Wakashuu. Salah satu contoh pantunnya :
Ooumi no
Iso no todoro ni
Yosuru nami
Warete Kudakete
Sakete chirukamo

Gyokuyooshuu dan Fugashuu
Seorang penyair yang bernama Kyoogoku Tamekane menyusun pantun yang dinamani Gyokuyooshuu mengenai keadaan alam, atas perintah bekas Kaisar Fushimi. ia merupakanpelopor penggunaan gaya bahasa Man yooshuu, namun tetap mengindahkan kaidah-kaidah dan gaya yang terdapat dalam pantun Shinkokinshuu. Salah satu contoh pantunnya :
Eda ni meru
Asahi no  kage no
Sukunaki ni
Suzushisa fukaki
Take no oku kana
Pada Zaman Nanbokuchoo (1336-1392) terdapat empat pantun Waka terkemuka, diantara mereka yang paling menonjol adalah Tonna. Kumpulan pantun hasil karyanya yaitu Sooan Wakashuu yang mendapat pengaruh dari aliran Nijoo, tetapi isinya mudah dimengerti. selain itu ditambahkan pula kumpulan pantun berjudul Shinyoo Wakashu yang disusun oleh Munenaga Shinnoo (pangeran Munenaga) dan dikarang oleh Bangsawan Dinasti Nanchoo pada masa peperangan.
ketika memasuki Zaman Muromachi, Waka lambat laun mengalami kemunduran dan hampir tidak ada penyair terkenal yang berasal dari kalangan bangsawan. Hanya  penyair yang mengikuti aliran Reizenha seperti Shootetsu. Ia memiliki bakat dan berhasil membuat pantun romantik yang sangat indah. Gaya penulisannya yaitu bebas, dan tidak terikat pada ketentuan mengubah pantun yang ada sebelumnya. kumpulan pantunnya dinamakan Sookon Waakashuu.

Pantun Renga menjadi Populer
Renga mulai populer menggantikan pantun Waka. Renga terdiri dari dua bait, bait pertama dibacakan oleh satuorang dan bait kedua dibacakan oleh orang lain sebagai jawaban atas bait pertama. Renga adalah kesusastraan karya beberapa orang yang dihasilkan pada waktu berkumpul bersama-sama. umumnya penyair-penyair ini bergabung dalam suatau perkumpulan dan terikat satu sama lain. populernya jenis kesusastraan seperti ini mungkin ada hubungannya dengan pola pemikiran yang berdasarkan keinginan berkelompok dan pola pemikiran yang membebaskan diri dari keadaan masa lalu maupun masa mendatang.

Nijoo Yoshimoto
ia adalah seorang politikus yang berasal dari keluarga bangswan tinggi pada Dinasti Hokuchoo. karena bakatnya di bidang kesusatraan klassik, ia ingin menghidupkan kembali pantun Waka terutama Renga. lalu ia mengumpulkan para penyair kelas rendah bersama penyair Gusai untuk membuat renga. kemudian mereka menerbitkan kumpulan pantun Renga yang berjudul Tsukuba Mondoo, yang berupa aturan-aturan yang diterapkan dalam penulisan Renga dalam judul Renga Shinshiki.

Shinkei
Shinkei memberikan ciri-ciri khas pada kesusastraan Renga, antara lain karyanya Sasamegoto, merupakan karya yang berbau filsafat yang memadukan secra sinkronis unsur-unsur Waka, Renga dan Butsudoo (ajaran agamabuddha)

Soogi
Soogi mempunyai hubungan yang erat dengan seorang sastrawan dari keturunan bangsawan, sehingga Renga bisa mencapai puncak zaman keemasannya. Ia adalah sastrawan pengembara, yakni mengadakan perjalanan keliling, selain untuk memuja dan menikmati keindahan alam juga untuk menyebarkan kesusastraan.

Haikai no Renga
Tahap permulaan membuat Renga masih bersifat bebas dan didalamnya terdapat unsur kelucuaan dan kecerdasan. Tetapi lama-kelamaan berkembang menjadi salah satu jenis kesusastraan yang sungguh-sungguh dan syarat dalam bentuk dan pemilihan kosa kata , sehingga sifat kebebasanya menjadi hilang. Pelopor di Zaman Muromachi adalah Arakida Moritake. Ia adalah penjabat yang bertugas di kuil agama Shintoo di Ise. Karyanya berjudul Haikai No Renga Dokugin Senku.

3. MONOGATARI, SETSUWA DAN OTOGIZOOSHI

A.    Monogatari
Monogatari yaitu hikayat, di zaman ini penulisannya mempunyai sifat cenderung untuk mengenang kembali kehidupan kaum istana. Pada awal Zaman Kamakura, muncul sebuah buku kritik dan komentar terhadap hikayat berjudul Mumyoozooshi yng sangat mengagungkan Genji monogatari dan juga memuat kritikan terhadap hikayat yang muncul sesudah itu, yang diuraikan berdasarkan zamannya.

Cerita Sejarah
Pada permulaan abad pertengahan ditulislah cerita sejarah dengan judul Mizukagami. Mizukagami ditulis untuk melengkapi cerita sejarah berjudul Ookagami dan Imakagami yang sudah ada sebelumnya. Kemudian cerita sejarah terakhir adalah Masukagami karya Nijoo Yoshimoto. Masukagami merupakan cerita sejarah yang bersumber pada kraton, dan dapat dikatakan mempunyai nilai sejajar dengan Ookagami.

Argumentasi Sejarah
Muncullah buku berjudul Gukanshoo yang merupakan kesusastraan sejarah yang berisi argumentasi sejarah karya seorang penyair bernama Jien. Buku ini mengkisahkan pergerakan zaman dan membandingkannya dengan keadaan zaman yang sedang berlangsung, untuk mengambil langkah atau keputusan bagi masa yang akan datang. Gukanshoo ditulis dengan menggunakan bahasa rakyat agar dapat dengan mudah dimengerti pembacanya. Selain itu muncul pula buku Jinnooshootooki yang ditulis oleh Kitabake Chikafusa. Bukku ini mengkisahkan bagian-bagian penting sejarah yang dimulai sejak masa sebelumnya Jinmu Tenno sampai naik tahtannya Gomurakami Tenno termasuk komentar dan kritik. Jinnooshootooki juga menguraikan teori tentang pemerintahan yang diperuntukan bagi Tennoo yang asih dibawah umur. Buku ini ditulis dengan bersumber pada agama Shintoo, yang menerangkan bahwa Jepang merupakan negara yang istimewa, lain dari pada negara yang lain.

Gunki Monogatari
Gunki Monogatari (Ceritera Peperangan) sebagai kesusastraan yang menggambarkan sejarah, dianggap memiliki nilai yang tinggi. Beberapa ceritera yang termasuk Gunki Monogatari adalah Hoogen Monogatari (Hikayat Hoogen), Heiji Monogatari (Hikayat Heiji), Heike Monogatari (Hikayat Heikei), Taiheiki (Hikayat Taihei), Soga Monogatari (Hikayat Soga), dan Gikeiki Monogatari (Hikayat Gikei).

B.     Setsuwa

Setsuwa yaitu legenda. legenda yang masih terus ditulis sampai Zaman Pertengahan yakni : Ujishuuni Monogtari (legenda tentang setan yang mengambil benjolan dari kepala, burung gereja membalas budi, dll), Kokonchomonjuu, Jikkinshoo, dan lain-lain.

C.    Otogizooshi

Otogizooshi yaitu dongeng, isi dongeng ini berceritera tentang roman, ceritera perang, ceritera kepahlawanan seperti Shutendooji, adapulayang menggambarkan tentang pendeta seperti Chigo Monogatari , dongeng Petapa seperti Sanin Hooshi, dongeng tentang hubungan dewa agama Shintoo dengan dewa agama budha seperti Kuma no no  Honji, dongeng tentang flora dan fauna yang dilukiskan sebagai manusia seperti Arokassen  Monogatari dan lain-lain.Selain itu ada juga dongeng rakyat, misalnya Bunshozooshi, Issunbooshi, Hachikazuki dan sebagainya.

Dongeng pada umumnya isinya sangat sederhana dan dangkal, karena berlainan dengan jenis kesusastraan yang berpusat pada monogtari yang pengarang dan pembacanya terbatas dengan kaum bangsawan, dongeng ditulis oleh bangsawan kelas menengah petapa dan pedagang. Ruang lingkup para pembaca dongeng pun lebih luas, mulai dari samurai, pendeta, pedagang hingga rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan jika ada yang ingin berkomentar, namun tolong menggunakan bahasa yang sopan. Terimakasih

1. GARIS BESAR KESUSASTRAAN ABAD PERTENGAHAN Pembagian Menurut Zaman Abad ini dilalui oleh dua zaman, yakni Zaman Kamakura (140th...